APLIKASI
SIG UNTUK POTENSI KEKERINGAN DI KABUPATEN LUMAJANG
(Eka
Novia Rosalynda/1525010015)
Kekeringan secara umum bisa didefinisikan sebagai
pengurangan pesediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara
signifikan di bawah normal atau volume yang diharapkan untuk jangka waktu
khusus. Kekeringan paling sering dihubungkan dengan curah hujan yang rendah
atau iklim semi kering, sementara kekeringan juga terjadi pada daerah-daerah
dengan jumlah curah hujan yang biasanya besar. Kabupaten Lumajang merupakan salah
satu kabupaten di Jawa Timur yang berada di bagian selatan. Penggunaan lahan
yang berupa lahan pertanian di Kabupaten Lumajang lebih dari 50% dari total
jenis penggunaan lahannya, masyarakat secara umum masih banyak yang
menggantungkan mata pencahariannya terhadap lahan pertanian. Tahun 2016
Sedikitnya 21 desa yang tersebar di Kabupaten Lumajang dilanda kekeringan,
masyarakat kesulitan air bersih dan air irigasi menyusul menurunnya debit
sumber air dan Sungai Bondoyudo, Besuk Sat, dan Asem hal tersebut mengakibatkan
sekitar 2000 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan dan gagal panen.
Penggunaan data penginderaan jauh dan SIG dapat digunakan untuk
mengidentifikasi potensi daerah yang rawan kekeringan. Menggunakan transformasi
mengenai indeks kecerahan, indeks kebasahan serta indeks vegetasi dapat
mengetahui kondisi permukaan dalam hubunganya dengan kekeringan, parameter lain
seperti kondisi akuifer, curah hujan serta jenis penggunaan lahan pertanian
kering faktor penentu dalam mengidentifikasi kekeringan. Hasil dari penelitian
ini mengidentifikasikan bahwa sebagian Kecamatan di Kabupaten Lumajang yang
meliputi Ranuyoso, Klakah, Padang, Kedungjajang, Gucialit, dan Randuagung
terdeteksi memeliki potensi kekeringan.
Metode yang digunakan dalam memperoleh hasil adalah menumpang susunkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan dengan menggunakan SIG, sebagai bahan data primer digunakan data citra satelit Landsat TM (thematic mapper). Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain peta digital Kabupeten Lumajang, Citra Landsat TM path/row 120/065, data curah hujan, data geohidrologi, seperangkat alat komputer lengkap dengan program pemetaan data vektor dan pemroses citra digital. Parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bentuk lahan, geohidrologi, curah hujan, serta penggunaan lahan yang berupa lahan pertanian kering. Data-data tersebut di dapat dari bahan data primer berupa citra landsat TM, data sekunder dari penelitian sebelumnya, serta data hasil ceking lapangan.
Curah hujan merupakan salah satu
faktor utama dalam menentukan kondisi permukaan dalam sudut pandang sumberdaya
air. Hujan merupakan suatu masukan (input) yang akan diproses oleh permukaan
lahan untuk menghasilkan suatu keluaran. Wilayah yang mempunyai tingkat curah
hujan rendah maka kondisi sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah
semakin lama akan semakin menurun, sehingga berpengaruh pada sosial ekonomi
masyarakat. Aliran air tanah yang mengalami penurunan akan mengakibatkan
masyarakat susah dalam memenuhi kebutuhan hidup, aliran permukaan yang mengalir
pada sistem sungai kecil akan berdampak pada kemampuan irigasi.
Curah hujan yang ada di Kabupaten
Lumajang Jawa Timur menggambarkan adanya variasi, hujan yang terjadi terbagi menjadi lima
kelas, curah hujan 2000 – 2500 mm/tahun dengan seluas 22070,94 km2, penyebaran
curah hujan ini terbagi menjadi dua zonasi, zonasi pertama hujan terjadi di
daerah dengan jenis bentuklahan pegunungan denudasional dan perbukitan struktural
dengan jenis tanah eutrudepts/hapuldals. Isohyet curah hujan pada zonasi yang
kedua berada pada kawasan bentuklahan pegunungan denudasional, bukit sisa,
dataran kaluvial-aluvial, dataran aluvial, serta beting gisik dengan jenis
tanah eutrudepts/ hapludals, endoaguepts/ endoaquent, dan udipsamment/
endoaquents.
Hujan 2500 – 3000 mm/tahun dengan
seluas 83352,89 km2 , sebagian besar di Kabupaten Lumajang mempunyai curah
hujan kelas kedua yang merupakan kelas yang tergolong relatif rendah dari semua
kelas yang ada, sebaran pada curah hujan kelas ini juga meliputi topografi
datar, landai, wilayah pesisir hingga pada daerah perbukitan. Jenis bentuk lahannya
meliputi pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan
struktural, bukit sisa, dataran aluvial, perbukitan kapur serta beting gisik
dengan jenis tanah eutrudepts/hapludals, endoaguepts/endoaquent,
endoaquepts/endoaquepts, eutrudepts/udorthers, hapluduls/dystrudepts,
haprendolls/hapludalfs dan udipsamment/endoaquents.
Hujan 3000 – 3500 mm/tahun dengan
seluas 23979,09 km2 Isohyet berada pada daerah dengan topografi berbukit sedang
sampai tinggi dengan bentuklahan pegunungan denudasional dan perbukitan
struktural serta mempunyai jenis tanah hapluduls/dystrudepts,
eutrudepts/udorthers, dan eutrudepts/hapludals. Sedangkan curah hujan 3500 –
4000 mm/tahun dengan seluas 1908,24 km2 dan curah hujan 4000 – 4500 mm/tahun
dengan seluas 638,48 km2 hanya merupakan kawasan yang kecil dengan topografi
berbukit sedang yang berada pada bentuklahan perbukitan struktural dengan jenis
tanah hapluduls/dystrudepts. Parameter curah hujan merupakan faktor penentu
kondisi permukaan dalam kaitannya dengan sumberdaya air yang mempunyai hubungan
pada kekeringan.
Hidrogeologi merupakan bagian dari
hidrologi yang mempelajari penyebaran dan pergerakan air tanah dalam tanah dan
batuan di kerak Bumi. Pengaruh hidrogeologi dalam kekeringan adalah adanya
penyimpanan air dalam lengas tanah ataupun akuifer sehingga kondisi air tanah
tidak kontinuitas, suplai air tanah ke sungai (influent) tidak ada dan
menjadikan aliran permukaan pada sistem sungai menjadi kecil atau hampir tidak
ada. Umumnya batuan yang mempunyai sifat yang tidak lolos air serta daya simpan
air yang kecil potensi air tanah yang terkandung pada daerah bersangkutan kecil.
Kondisi hidrogeologi di Kabupaten
Lumajang pada dasarnya adalah wilayah yang mempunyai akuifer produktif,
walaupun dengan intensitas setempat sampai penyebaran luas. Kondisi air tanah
langka pada wilayah ini sekitar 46905, 78 hektar yang meliputi sebagain
Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Padang, Kedungjajang, Gucialit, dan Randuagung daerah
tersebut merupakan wilayah dengan topografi berbukit. Akuifer dengan
produktifitas kecil setempat berada di sebagian Kecamatan Ranuyoso, Klakah,
Padang, Kedungjajang, Gucialit, serta sebagian kecil di Kecamatan Randuagung
yaitu sekitar 16113,17 hektar, di Kecamatan Padang akuifer tersebut berada pada
zona karst gombong selatan. Penyebaran akuifer dengan produktifitas sedang
sampai sempit berada di apit oleh keadaan wilayah dengan akuifer dengan
produktifitas kecil setempat yaitu berada di Sebagian Kecamatan Gucialit.
Akuifer produktif dengan penyebaran luas dan sempit mempunayi luasan yang
paling besar, dari bagian tengah ke selatan wilayah Kabupaten Lumajang mempunyai tipe akuifer ini, semakin ke arah selatan
(laut) akuifer produktif penyebarannya semakin menyempit. Akuifer produktif
penyebaran menyempit berada pada daerah pesisir dengan bentuklahan marin sampai
fluvio-marin, sedangkan penyebaran dari ekuifer produktif dengan penyebaran
luas berada di wilayah dengan tingkat pemukiman yang rapat serta wilayah yang
relatif datar.
KESIMPULAN
- Penggunaan data penginderaan jauh
dan SIG dapat digunakan untuk mengidentifikasi potensi daerah yang rawan
kekeringan.
- Menggunakan transformasi mengenai
indeks kecerahan, indeks kebasahan serta indeks vegetasi dapat mengetahui
kondisi permukaan dalam hubunganya dengan kekeringan, parameter lain
seperti kondisi akuifer, curah hujan serta jenis penggunaan lahan
pertanian kering faktor penentu dalam mengidentifikasi kekeringan.
- Metode yang digunakan dalam
memperoleh hasil adalah menumpang susunkan parameter-parameter yang
berpengaruh terhadap kekeringan dengan menggunakan SIG, sebagai bahan data
primer digunakan data citra satelit Landsat TM (thematic mapper).
- Tujuan dan manfaat yang
diharapkan adalah menentukan tingkat rawan kekeringan lahan sawah di
Kabupaten Lumajang pada tahun 2016 dan menganalisis faktor-faktor wilayah
yang dominan mempengaruhi tingkat rawan kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2016. 21 Desa dari 6 Kecamatan Masih
Dilanda Kekeringan. Lumajang. www.d-onenewslumajang.com diakses tanggal 13
Mei 2017
Fauzian,
Nurakikm Ramdani. 2013. Manfaat Sistem
Informasi Geografis dalam Pengembangan Potensi Wilayah dan Daerah.
http://ani.blogspot.co.id diakses tanggal 13 Mei 2017
Susanto,
Aditya Dhani. 2014. Analisis tingkat
rawan kekeringan lahan sawah dengan pemanfaatan penginderaan jauh dan sistem
informasi geografis di Kabupaten Sragen tahun 2014. Surakarta. Fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Komentar
Posting Komentar