PKT Tanaman Anggrek
Oleh : Eka Novia Rosalynda/1525010015
Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa
benalu yang bunganya indah. Anggrek dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50
tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang
terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain : Vanda tricolour
terdapat di Jawa Barat dan Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu
berbintik-bintik berasal dari Sumatera, Anggrek larat, Anggrek bulan, Anggrek
apple blossom yang berasal dari Irian Jaya. Tanaman anggrek dapat dibedakan
berdasarkan sifat hidupnya, yaitu :
1. Anggrek
Ephytis adalah jenis anggrek yang menumpang pada batang/pohon lain tetapi tidak
merusak yang ditumpangi. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya,
sedangkan akar yang fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
2.
Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek
yang menempel pada pohon lain yang tidak merusak yang ditumpangi, hanya akar
lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencara makanan untuk
berkembang.
3. Anggrek
anah adalah jenis anggrek yang hidup di atas tanah.
Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai
tanaman hias karena bunga anggrek memiliki keindahan, baunya khas. Selain itu
anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak
wangi/minyak rambut. Syarat tanaman anggrek di Eropa adalah Inggris, sedangkan
di Asia adalah Muangthai. Di Indonesia, anggrek banyak terdapat di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Sumatera ataupun di Irian Jaya. Berikut adalah syarat tumbuh
tanaman anggrek :
1. Iklim
a. Angin
dan curah hujan tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman anggrek.
b. Sinar
matahari sangat dibutuhkan sekali bagi tanman ini. Kebutuhan cahaya berbeda
tergantung pada jenis tanaman anggrek.
c. Suhu
minimum untuk pertumbuhan anggrek adalah 12,7oC. Jika suhu udara
malam dibawah 12,7oC, maka daerah tersebut tidak dianjurkan untuk
ditanam anggrek.
d. Tanaman
anggrek tidak cocok dalam susasan basah terus-menerus, akan tetapi menyukai
kelembaban udara di siang hari 65-70%.
2.
Media Tanam
a. Media
untuk anggrek Ephytis dan semi Ephytis terdiri dari serat pakis yang telah di
godok, kulit kayu yang dibuang getahnya, serabut kelapa yang telah direndam air
selama 2 minggu, ijuk, potongan batang pohon enau, arang kayu, dan pecahan
enting/batu bata.
b. Bahan-bahan dipotong
menurut ukuran besar tanaman & akarnya. untuk anggrek Semi Epirit yg
akarnya menempel pada media untuk mencari makanan, perlu diberi makanan
tambahan seperti kompos, pupuk kandang/daun-daunan.
c. Media untuk anggrek restria
: Jenis anggrek ini hidup di tanah maka perlu ditambah pupuk kompos, sekam,
pupuk kandang, darah binatang, serat pakis & lainnya.
d. Media untuk anggrek
semi restria : Bahan untuk media anggrek ini perlu pecahan genteng yang agak
besar, ditambah pupuk kandang sekam/serutan kayu. Dipakai media pecahan
genting, serabut kayu, serat pakis & lainnya. Derajat keasaman air tanah yg
dipakai adalah 5,2.
3.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yg cocok bagi budidaya tanaman ini
dpt dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1. Anggrek panas
(ketinggian 0-650 m dpl) : Anggrek panas memerlukan suhu udara 26-30 oC
pada siang hari, 21 oC pada malam hari, dengan daerah ketinggian
0-650 meter dpl. Contoh jenis anggrek ini adalah:
- Dendrobium
phalaenopsis
- Onchidium
Papillo
- Phaphilopedillum
Bellatum
2.
Anggrek sedang (ketinggian 150-1500 m dpl) : Anggrek
sedang pada suhu udara siang hari 21 oC & 15–21 oC,pada
malam hari, dengan ketinggian 150-1500 m dpl.
3. Anggrek dingin (lebih
dr 1500 m dpl) : Anggrek dingin jarang tumbuh di Indonesia, tumbuh baik pada
suhu udara 15-21 oC di siang hari & 9–15 oC pada
malam hari, dengan ketinggian = 1500 m dpl. Contoh: anggrek jenis Cymbidium.
Selain syarat tumbuh,
ada pedoman untuk budidaya tanaman anggrek ini, antara lain :
1.
Pembibitan
a.
Persyaratan bibit : bibit anggrek yang baik, sehat dan
unggul mempunyai beberapa ciri yaitu bentuk batang kuat, pertumbuhan pesat,
daun subur, bunga lebat dan indah.
b.
Penyebaran biji : bibit anggrek berasal dari biji yang
disemaikan. Adapun penyebaran biji anggrek sebagai berikut :
a) Peralatan yg digunakan
untuk penyebaran biji harus bersih.
b) Mensterilkan biji :
Sebelum biji disebar harus disterilkan dulu dengan 10 gram kaporit dilarutkan
dlm 100 cc air kemudian saring kertas filter, dimasukkan ke dalam botol. Biji
dimasukan dlm botol & digojog 10 menit. (biji anggrek yg semula kuning
kecoklatan berubah warna menjadi kehijauan). Kemudian air dibuang & diganti
dengan aquades, digojog berulang kali (2–3 kali).
c)
Penyebaran biji anggrek : Botol-botol yang telah
disterilkan dapat digunakan untuk menyebaran biji anggrek. Sebelum botol
dibuka, leher botol dipanaskan di atas lampu spritus untuk menghilangkan kuman.
untuk memasukan biji anggrek ke dlm botol digunakan pipet yang dibersihkan dulu
dengan cara pemanasan di atas lampu spritus sampai merah kemudian dicelup
kedalam spritus. Botol yg telah terbuka kemudian diisi biji anggrek &
diratakan keseluruh permukaan alas makanan yg telah disediakan. Sebelum botol
ditutup kita panaskan lagi di atas spritus kemudian ditutup kembali.
c.
Teknik Penyemaian benih :
a)
Memeriksaan dengan mikroskop, baik atau tidaknya biji
anggrek, yg kosong berwarna putih & yang isi kuning coklat/warna lain.
b)
Mempersiapkan botol yg bermulut lebar bersih & tidak
berwarna agar dapat meneruskan cahaya matahari yg dibutuhkan & mudah
dilihat.
c)
Tutup botol dari kapas digulung-gulung sampai keras,
ujung diikat tali untuk memudahkan dicopot kembali, atau kain sisa yg dipotong
potong. Kerapatan tutup botol menjaga agar bakteri/jamur tidak masuk sehingga tidak
terinfeksi atau terkontaminasi.
d)
Mempersiapkan lemari kaca (ent-kas) yg bersih dari
bakteri/jamur dengan kain yg sudah dicelup formalin udara dalam
lemari disterilkan dengan kapas dipiring dituangi formalin supaya menguap
mensterilkan kaca (ent-kas).
e)
Pembuatan sterilsasi alas makanan & untuk membuat
alas makanan anggrek biasanya dipakai resep Khudson C (NORTHEN) 12 yaitu:
§ Ca(NO2)2H2O : 1,00 gram
§ KH2 PO4 : 0,25 gram
§ MgSO2 7H2O : 0,25 gram
§ (NH4)2SO4 : 0,25 gram
§ Saccharose : 20 gram
§ FeSO4 4H2O : 0,25 gram
§ MnSO4 : 0,0075 gram
§ Agar-agar : 15–17,5 gram
§ Aquadest :
1000 cc
Pembuatan alas makanan
diperlukan pH 5,2, dipergunakan pH meter/kertas pH tekstil/Indikator Paper.
Sterilisasi dengan cara dipanaskan dalam Autoclaf yg sampai 110 derajat C
selama setengah jam atau dengan dandang kemudian diletakan pada tempat bersih,
dengan posisi miring, sehingga makanan setinggi 1/2–2/3 tinggi botol (dari alas
sampai ke leher botol) & didiamkan selama 5–7 jam utk mengetahui
sterilisasi yg sempurna.
Pemindahan Bibit :
Setelah tanaman di dalam botol berumur 9–12 bulan terlihat besar, tumbuh akar.
dalam tingkat ini bibit sudah dapat dipindahkan kedalam pot
penyemaian yg berdiameter 7 cm, 12 cm atau 16 cm yg berlubang. Siapkan pecahan
genting, & akar pakis warna coklat, di potong dengan panjang 5–30 mm
sehingga serabutnya terlepas satu sama lainnya. Sebelum dipakai terlebih dulu
dicuci bersih & biarkan airnya hilang. Akar pakis setelah dicuci, direndam
dulu dalam alas makanan selama 24 jam yg berupa: Urea atau ZA : 0,50 mg ; DS, TS atau ES : 0,25 mg ; Kalium sulfat atau K2SO4 : 0,25
mg ; Air : 1000 cc.
Alternatif lain
sebagai alas makanan, dapat juga dipakai pupuk buatan campuran unsur N, P, K
perbandingan 60:30:10 atau dapat juga digunakan pupuk kandang yg telah dicampur
pakis dengan perbandingan pakis: pupuk kandang = 4:1. Selain itu dapat
digunakan kulit Pinus yg di potong kecil sebesar biji kacang tanah, yang telah
direndam dalam alas makanan seperti akar pakis selama 24 jam. untuk isian pot
ini dapat juga digunakan arang kayu bakar/serabut kelapa yang dipotong-potong
sebesar ibu jari. Pot yang disiapkan diisi dengan pecahan genting 1/3 tinggi
pot/layah, kemudian isi remukan pakis tersebut setinggi 1 cm di bawah tepi
pot/layah (tidak perlu dipadatkan). Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan
dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam
botol. Dengan kawat bersih ujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu
persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit 1 % kemudian
dengan air bersih. Seedlings (semaian) ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila
di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu
direndam di dalam antibiotic (penicillin, streptomycin yg telah lewat
expirydatenya) 10 menit baru ditanam.
Pemindahan dari Pot
Penyemaian : Setelah tanaman pada pot penyemaian cukup tinggi, maka tanaman
dipindahkan ke pot biasa yang berdiamater 4–6 cm, yg berisi potongan
genting/batu bata merah, kemudian beri pakis/kulit pinus yg telah direndam
dalam alas makanan sampai 1 cm di bawah tepi pot.
2.
Pengolahan media tanam
Media tanam utk
tanaman anggrek tanah dibedakan:
a.
Tanaman dalam pot (dengan diameter 7-30 cm tergantung
dari jenis tanaman). Apabila diameter pot dipilih 25-30 cm maka perlu dipasang
tiang di tengah-tengah pot, kemudian pot diisi pecahan genting. Anggrek di
letakkan di tengah & akarnya disebar merata dlm pot, kemudian batang
anggrek diikat pada tiang. Pot diisi pupuk kandang yg telah dicampur sesuai
dengan komposisi kira-kira 2/3 dr pot.
b.
Media tanam dalam tanah dengan sistim bak-bak tanam.
Bak terbuat dari batu bata merah panjang 2 m lebar 40 cm & tinggi bak 2
lapis batu bata merah. Pembuatan bak ini di atas tanah untuk menghindari dari
kebecekan, di tanah kering digali sedalam 10-20 cm kemudian diberi bata ukuran
40 cm x 2 m & jarak antara pembantas dengan yg lain 3 cm. Tiang penahan
dibuat 4 buah yg ditancapkan ke dalam tanah dengan ketinggian masing-masing 1,5
m. Antara tiang satu dengan yang lain dihubungkan dengan kayu sehingga keempat
tiang tersebut mirip suatu rangkaian.
3.
Teknik penanaman
Penanaman
tanaman anggrek, disesuaikan dengan sifat hidup tanaman anggrek,
yaitu:
a)
Anggrek Ephytis adalah anggrek yang menupang pada
batang/pohon lain tetapi tidak merusak/merugikan yang ditumpangi atau
ditempelin. Alat yang dipakai untuk menempel adalah akarnya, sedangkan akar yang
fungsinya untuk mencari makanan adalah akar udara.
b)
Anggrek semi Ephytis adalah jenis anggrek yang
menempel pada pohon/tanaman lain yang tidak merusak yang ditempel, hanya akar
lekatnya juga berfungsi seperti akar udara yaitu untuk mencari makanan untuk
berkembang.
c)
Anggrek tanah/anggrek terrestris.
4.
Pemeliharanaan Tanaman
a)
Penjarangan & Penyulaman : Penjarangan &
penyulaman dilakukan pada tempat yang disesuaikan dengan jenis anggrek, yang
sifatnya epphytis atau anggrek tanah.
b)
Penyiangan : untuk tanaman anggrek pada penyiangan
pada waktu pada kondisi di dalam botol kemudian dipisahkan ke dalam pot-pot yang
sudah disediakan sesuai jenis anggrek.
c)
Pemupukan : Unsur makro yaitu unsur yang diperlukan dalam
jumlah besar yang meliputi: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. untuk unsur mikro
yaitu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, antara lain: Cu, Zn, Mo,
Mn, V, Sc, B, Si, dst. Unsur makro & unsur mikro dapat diambil dari udara
atau dari tanah, berupa gas atau air & garam-garam yg terlarut di dalamnya.
Pemupukan pada tanaman anggrek dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
1. Pemupukan untuk bibit
(seedlings) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=6:3:1. Unsur N lebih banyak
dibutuhkan untuk pembentukan pertumbuhan & perkembangan tanaman. Unsur N
diambil dari pupuk ZA/urea, untuk P dipakai pupuk ES; DS; TS, & K dari
Kalium Sulfat (K2SO4). Pupuk-pupuk buatan yg mengandung N, P, K:
Urea : 0,6 gram utk 1 liter air
ES : 0,3 gram utk 1 liter air
ZK : 0,1 gram utk 1 liter air
2. Pemupukan untuk ukuran
sedang (mid-size) dengan N, P, K. Perbandingan N:P:K=3:3:3 yang sama banyak
disini tidak memerlukan tambahan pupuk, maka dapat disusun sendiri pupuk yang
mengandung N, P, K dengan cara misalnya :
Urea : 0,3 gram utk 1 liter air
DS : 0,3 gram utk 1 liter air
K2SO4 : 0,3 gram utk 1 liter air
3.
Pemupukan untuk ukuran berbunga (flowerings-size) :
Tanaman yang sudah berbunga dipupuk dengan perbandingan N:P:K=
1:6:1. Teknik pemberian pupuk buatan adalah:
a) Dalam bentuk
padat/powder yang dilakukan dengan menaburkan secara hati-hati, jangan tersangkut
pada daun/batangnya yang menyebabkan daun/batang tadi dapat terbakar.
b) Disiramkan, yang mana
anggrek dapat menyerap air & garam-garam yang terlarut di dalamnya. Cara
ini banyak dilakukan dimana-mana.
c) Penyemprotan, cara ini
sangat baik apabila terjadi pembusukan akar didalamnya, maka akarnya ditutup
plastik. Pupuk kandang yang sering digunakan adalah kotoran kuda, sapi, kerbau,
kambing, ayam & lain-lain. Kebaikan pemakaian pupuk kandang selain
mengandung bermacam-macam unsur yang dibutuhkan oleh tanaman juga sangat
membantu dalam penyimpanan air, apalagi pada musim kemarau. Keburukan dari
pupuk kandang ini adalah di dalam kotoran banyak bateri yang mengandung jamur.
untuk itu dianjurkan disangan lebih dahulu untuk menghilangkan jamur/bakteri di
dalamnya. Pemupukan tanaman lebih baik dilakukan pada waktu pagi-pagi atau pada
sore hari sekitar pukul 5.00 sore.
d)
Pengairan & Penyiraman : Sumber air untuk
penyiraman tanaman anggrek dapat berasal dari:
1. Air Ledeng, baik untuk
menyiram karena jernih & steril, tetapi pHnya tinggi maka perlu diturunkan
dengan menambah suatu asam misalnya HCl. PH yg baik sekitar 5,6-6.
2. Air sumur, baik untuk
menyiram karena banyak mengandung mineral dari tanah yang sangat dibutuhkan
oleh tanaman. Air sumur di daerah kapur harus diperhatikan pHnya.
3. Air hujan, yang
ditampung didalam tong-tong/bak sangat baik untuk menyiraman.
4. Air kali/air selokan,
tetapi kita tidak tahu pasti apakah air itu mengandung jamur, bakteri/lumut yang
bisa mengganggu anggrek/tidak. Kalau dilihat dari sudut isi makanan mungkin
cukup baik. Hal perlu diperhatikan bagi petani anggrek adalah mengetahui
sifat-sifat dari isian pot supaya bisa mengatur banyaknya air untuk menyiram.
Adapun macam isian pot & sifat diuraikan sebagai berikut:
a.
Pecahan genting/pecahan batu merah, yg mana mudah
menguapkan air & sifat anggrek yg tdk begitu senang dengan air sehingga tdk
mudah utk lumutan. utk pecahan genting lebih kecil daya serapnya lebih banyak
& utk siraman lebih sedikit.
b.
Potongan sabut kelapa, pemakaian serabut kelapa lebih
baik utk digunakan di daerah panas karena menyimpan air, tetapi kalau
penggunaan di daerah dingin tdk menguntungkan karena mudah busuk.
c.
Remukan akar pakis yg hitam, keras & baru tdk
mudah utk menyerap air, setelah beberapa bulan banyak menyerap air. Akar pakis
yg coklat & lunak lebih mudah menyerap & menahan air.
d.
Potongan kulit pakis, dimana media ini sukar sekali
utk penyerapan air, mudah t’jadi penguapan. Jika potongannya besar, penyerapan
kecil & jika potongan kecil penyerapan air lebih banyak. Bagi tanaman yg
sdh besar pedoman penyiramannya 3-7 hari sekali musim hujan &
1-3 hari sekali pada musim hujan.
e)
Waktu Penyemprotan Pestisida : Obat-obatan sebaiknya
disemprotkan pada waktu pagi hari, lebih baik pada sore hari sekitar jam 5.00.
Penyemprotan bagi tanaman anggrek sehat, dilakukan rutin kurang lebih 3 bulan
sekali. Penyemprotan bagi tanaman anggrek terserang hama perlu dilakukan berulang-ulang
3 kali dengan jangka waktu tertentu (untuk kutu) daun seminggu sekali. Adapun
jenis insektisida & dosis yg digunakan utk hama antara lain:
1. Orthene 75 SP dosis
5-10 gram/10 liter air untuk ulat pemakan daun
2. Bayrusil 250 EC dosis
2 cc/liter air untuk ulat pemakan daun
3. Malathion dosis 3
gram/liter air untuk ulat, kumbang, kutu
4. Kelthane dosis 2
gram/liter air, untuk kutu.
5. Metadeks dosis
dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong & bekicot air
6. Falidol E.605 dosis
dibasahi air, dicampur dedak 6-8 cc/10 liter, untuk keong & bekicot air. untuk
hama bekicot ada 2 cara pengendaliannya yaitu:
a.
Menyebarkan obat sekitar pot anggrek dengan mencampur
antara obat Metadeks ke dedak halus di tambah air sedikit.
b.
Membuat larutan 1 cc Dieldrin 50% 25 EP dicampur
dengan 1 liter air atau 6–8 cc Folediol E 605 kedalam air 10 liter. Kemudian
pot tanaman
anggrek direndam dalam larutan tersebut selama beberapa
waktu & diulang satu minggu sekali.
Tanaman anggrek juga
terserang hama dan penyakit, hama dan penyakit yang menyerang tanaman anggrek
antara lain :
1.
Hama
a.
Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun; berwarna kemerahan
jumlahnya banyak; bekas serangan berupa bercak hitam & merusak daun.
Pengendalian: digosok dengan kapas & air sabun;
apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh insektisida
dengan dosis 2 cc/liter.
b.
Semut
Gejala: merusak akar & tunas muda yang disebabkan
oleh cendawan.
Pengendalian: pot direndam dalam air & ciptakan lingkungan
bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
c.
Belelang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak
beraturan. untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat.
Pengendalian: segera semprotkan insektisida yg bersifat
racun kontak/yang sistematik; bila jumlahnya sedikit bisa langsung
dimusnahkan/dibunuh.
d.
Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang & daun
muda; menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun & merusak bunga hingga
bentuk bunga tidak menarik.
Pengendalian: secara periodik & teratur pot
anggrek disemprot insektisida.
e.
Kutu babi
Gejala: kerusakan yg ditimbulkan seperti akibat semut;
tapi tdk menyerang tunas daun.
Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari
pot anggrek.
f.
Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek.
Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup
diambil/dibunuh; bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan
bubuk prusi.
g.
Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun; permukaan
atas menjadi kuning & lama kelamaan daun mati.
Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan
menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol; apabila banyak
maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
h.
Kumbang
Gejala: yg terserang akan berlubang-lubang khusus
kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang & tidak
nampak dari luar; Larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek.
Pengendalian: menyemprotkan tanaman yang diserang
dengan menggunakan insektisida sistemik secara rutin; bersihkan pot dari
kepompong & telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru &
media tanam yg baru pula.
i.
Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun
maupun bunga yang sedang mekar.
Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat
dibunuh dengan tangan; bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik;
tanaman yang telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih
sehat.
j.
Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek,
sehingga menyebabkan bintik putih/kuning; tanaman yang diserang lama kelamaan
akan gundul & tidak berhijau daun lagi.
Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti
untuk membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang & trips.
k.
Kutu tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna
coklat & mati.
Pengendalian: seperti
halnya membasmi ulat kumbang & trips.
2.
Penyakit
a.
Penyakit buluk :
Sering terdapat di dalam
media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek karena tutup
botol tidak steril.
Gejala: biji anggrek tidak
mampu berkecambah & persemaian dalam botol akan gagal; kecambah yang telah
tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu.
Pengendalian: pada
awal serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali,
dilakukan dengan steriil; kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera
dikeluarkan dari botol & dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam
pot.
b.
Penyakit rebah kecambah :
Merupakan penyakit
anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air.
Gejala: semula berupa
bercak kecil bening pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai
pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek
akan membusuk & mati.
Pengendalian: bibit yabg
sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai musnah. Pot & kumpulan
kecambah dikeringkan & disemprot dengan fungisida.
c.
Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis
Phalae-nopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama pada cuaca sangat
lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun
yg sakit pada daun sehat dapat menularkan penyakit ini.
Gejala: bercak kecil
bening pada pucuk daun. dlm beberapa hari dapat meluas ke seluruh kompot, daun
kecambah anggrek menjadi rusak & mati. Penyakit ini sangat ganas, karena
mematikan & cepat menular.
Pengendalian: sangat
sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada
jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
d.
Penyakit b’cak hitam
Gejala: timbul warna
coklat kehitaman pada bagian tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke atas
sampai ke tunas & ke bawah hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh,
kerdil & mengakibatkan kematian.
Pengendalian: bagian
yg terserang dipotong & dibuang atau disemprotkan fungisida; alat-alat
potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
e.
Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan
Rhizoctonia Solani.
Gejala: akar leher
membusuk mencapai rhizoma & umbi batang, daun & umbi batang menguning,
berkeriput, tipis & bengkok, tanaman kerdil & tdk sehat.
Pengendalian: semua
bagian tanaman yang sakit dipotong & dibuang; bekasnya disemprot dengan
fungisida (Benlate).
f.
Penyakit layu
Penyebab: cendawan
Fusarium Oxyporium.
Gejala: mirip serangan
penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran
berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti
pembusukan pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat.
Pengendalian: bagian
yg terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera
dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar & bersih. Usahakan terdapat
aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
g.
Penyakit busuk
Penyebab: cendawan
Sclerotium Rolfsi.
Gejala: terdapat
bintil-bintil kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yg terkena penyakit.
Pengendalian: bagian
tanaman yang sakit dipotong & dibuang. Media tanaman & seluruh pot
didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik
Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
h.
Penyakit bercak coklat
Gejala: bercak coklat
pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman.
Pengendalian: membuang
semua bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin
atau Physan 20.
i.
Penyakit busuk lunak
Penyebab: bakteri
Erwinia Cartovora.
Gejala: daun &
akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada
rhizoma & umbi batang, penyebarannya agak lambat.
Penanggulangan:
peralatan kebun harus steril, bagian yang sakit dipotong & dibuang.
Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dengan formalin 4 %.
j.
Penyakit bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO
(Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum).
Gejala: timbul
lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun.
Pengendalian: hanya
dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yg sakit serta menstrerilkan
semua alat potong.
k.
Penyakit Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic
Cymbidium.
Gejala: semula berupa
bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran.
Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada
gejala kematian jaringan di tengah daun yg dilingkari jaringan normal. Daun tua
banyak sekali menunjukkan adanya bintik jaringan yg mati.
Pengendalian: hanya
bersifat pencegahan yaitu membuang bagian tanaman yang sakit, serta
mensterilkan segala alat yg dipakai.
l.
Penyakit busuk hitam
Penyebab: cendawan
Phytopytora Omnivora.
Gejala:muncul warna kehitaman pada
pangkal daun, lalu melunak & busuk, akhirnya daun mati.
Pengendalian:
semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan,
Truban atau Banrot. untuk yg berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 liter air.
Untuk
pemanenan tanaman anggrek memiliki ciri dan umur tanaman berbunga. Umur tanaman
tergantung jenisnya. Umumnya tanaman anggrek dewasa berbunga setelah 1-2 bulan
ditanam. Tangkai bunga yang dihasilkan kira-kira 2 tangkai dengan jumlah kuntum
sebanyak 20-15 kuntum pertangkai. Selain itu juga perlu diperhatikan dalam
pemetikan bunga anggrek. Pemotongan dilakukan pada jarak 2 cm dari pangkal
tangkai bunga dengan menggunakan alat potong yang bersih.setelah panen,
perlakuan pasca panen sangat di perlukan yang anatara lain :
1. Pengumpulan
Pengumpulan bunga
anggrek dilakukan berdasarkan permintaan pasar. Jenis anggrek Dendrobium dapat
dipanen dalam bentuk:
a. Tanaman muda untuk
bibit
b. Tanaman dewasa untuk
tanaman hias
c. Bunga potong
Tanaman muda untuk
bibit biasa dijual dalam bentuk pot kecil, sedangkan tanaman dewasa biasanya
tanaman sudah berbunga. untuk bunga potong dipilih tangkai yang
kuntumnya paling banyak sudah mekar (kuncup tersisa 1–3 kuntum).
2.
Penyortiran dan penggolongan
Bunga dipilih yang bagus, tidak kena penyakit ataupun
luka. Selanjutnya bunga dikelompokan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
tingkat kesegaran atau ukuran bunga dengan maksud untuk mempertahanankan nilai
jual sehingga bunga yang bagus tidak turun harganya.
3.
Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses
kelayuan bunga, sehingga dilakukan pada saat:
a.
Bunga baru saja dipetik sambil menunggu pemanen
selesai.
b.
Bunga yang telah dipanen tidak segera dijual atau
diangkut.
c.
Bunga mengalami perjalanan sebelum sampai ke konsumen.
Agar bunga tetap segar
perlu adanya pengawetan dengan tujuan agar penurunan mutu lebih lambat bunga
tetap segar. Usaha pengawetan bunga dillakukan dengan cara penempatan bunga dalam
larutan pengawet atau air hangat (38–43 derajat C) selama 2 jam. Larutan bahan
pengawet tersebut antara lain:
a.
Larutan seven up dengan kadar 30 %.
b.
2 % larutan gula ditambah 2 gram physan (termasuk
fungisida) & 1 gram asam sitrat per 10 liter.
c.
2 % larutan gula ditambah 2 gram 8-hydroquinoline
sulfat & 1 gram asam sitrat per 10 liter.
d.
Larutan gula kadar 4–5 % ditambah 0,2 gram quinolin
per liter.
e. Pengawetan untuk bunga
yang dikirim jauh adalah dengan merendam tangkainya dalam larutan gula dengan
kadar 6–8 % selama 24 jam atau dimasukan dalam kantong plastik & kadar
karbon dioksida (CO2) dinaikkan dengan menggunakan es kering atau disimpan pada
ruangan dengan kondisi udara antara 0–5 derajat C.
4.
Pengemasan dan pengangkutan
Setelah dilakukan pembersihan,
pemilihan & pengawetan bunga dendrobium potong dipak melalui cara:
1. Setiap sepuluh tangkai
dibungkus bagian pucuk dengan menggunakan kantong plastik tipis, ukuran
disesuaikan tergantung panjang tangkai.
2. Setiap pangkal tangkai
dibalut kapas basah, kemudian dibungkus kantong plastik ukuran panjang 8 cm
& lebar 4 cm.
3. Pembungkus bunga &
pembungkus pangkal tangkai digabungkan selanjutnya diikat dengan karet gelang.
4. Bungkusan-bungkusan
bunga disusun bersilang di dalam kotak karton yg berlubang sampai cukup padat.
5. Kotak karton ditutup
rapat dengan menggunakan carton tape.
Setelah mengetahui
cara budidaya tanaman anggrek yang baik, kita juga perlu tahu analisis ekonomi
selama perawatan hingga pasca panen.
1.
Analisis usaha budidaya
Perkiraan analisis budidaya bunga anggrek Dendrobium
dengan luas lahan 1,25 m x 12 m; untuk satu pohon/pot dapat menghasilkan bunga
sebanyak 2–3 tangkai bunga dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur
3-5 bulan & menjadi bunga potong pada umur 6–7 bulan dengan masa panen
optimal 4 kali. Pada panen ke 2 s.d. ke 4 di atas umur 8 bulan; dalam satu
tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Analisis dilakukan pada tahun 1999
di daerah Bogor. Harga 1 kuntum bunga mencapai harga Rp. 750,- sampai Rp.
1000,-.
a.
Biaya produksi
1. Bibit
Bibit: 8 botol @ Rp. 40.000,- Rp. 320.000,-
Akar pakis: 5 ikat (42 lempeng /ikat) Rp. 75.000,-
2. Perlengkapan
Arang: 80 kg @ Rp. 1.250,- Rp. 100.000,-
Pot ukuran 15 cm: 400 bh @ Rp. 750,- Rp. 4.500.000,-
Gandasil: 2 pak @ Rp. 7.500,- Rp. 15.000,-
Kerangka: 1 unit bambu Rp. 150.000,-
3. Pupuk
Furadan Rp. 20.000,-
Azodrin: 1 botol Rp. 12.500,-
Pupuk Urea: 5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
NPK: 2,5 kg @ Rp. 2.000,- Rp. 5.000,-
Jumlah biaya produksi
Rp. 5.207.000,-
Pendapatan: 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp.750,-
Rp. 9.000.000,-
Keuntungan Rp. 3.793.000,-
Parameter kelayakan usaha : 1. Rasio
output/input = 1,73
2.
Gambaran peluang agribisnis
Dalam usaha anggrek ini sgt visibel & modal akan
kembali dalam waktu kurang lebih 8 bulan sejak penaman & apabila penjualan
dimulai dari sejak dalam botol, maka akan dapat mengurangi biaya operasional.
Selain dari segi biaya modal, kebutuhan bunga potong dalam negeri per tahun untuk
berbagai jenis anggrek diperkirakan sekitar 5 juta tangkai. Jumlah tersebut
diluar adanya permintaan akan kebutuhan komoditi ekspor.
Sumber :
Osman, Fiyanti, Indah Prasasti (1989) Anggrek Dendrobium, Jakarta Penebar
Swadaya IKAPI 219 hal.
Tim Red. Trubus (1997) Jakarta. Anggrek Potong Penebar Swadaya 34 hal.
Agribisnis Tanaman Hias, F.Rahardi, Sri Wahyuni, Eko
M. Nurcahyo, Penerbar Swadaya 1993
Budidaya Tanaman Anggrek – Departemen Pertanian 1987,
63 hal.
Merawat Anggrek , Sutarni M.
Soeryowinoto, Penerbit Yayasan Kanisius, 87 hal. Sumber : Sistim Informasi
Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Komentar
Posting Komentar